"MAHASISWA"
“Mahasiswa”
Oleh
: Venna Kintan – Manajemen IBI Kwik
Kian Gie 2015
“Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu-ilmu
yang diajarkan di sini akan menjadi alat pembebasan ataukah alat penindasan?”
- WS Rendra
Ada
yang tidak lazim jika pembaca datang ke kuil Apolo di kota Dhelpia, Yunani.
Saat pembaca akan memasuki kuil tersebut, ada tulisan berbahasa yunani yang
mengatakan “Gnothi Seauthon” tepat di
gerbang kuil tersebut.
Arti dari dua kata tersebut bukan “Selamat Datang” yang biasanya sering kita
temukan saat memasuki tempat atau kawasan tertentu. Melainkan dua kata yang
memiliki arti “Kenalilah dirimu”. Mungkin bagi sebagian orang, mengenali diri
sendiri tidak begitu penting. Namun demikian tidak bagi Socrates, menurutnya
dengan mengenali diri sendiri merupakan awal dan fondasi dari perjalanan hidup
manusia. Lebih lanjut, jika belum mengenali diri kita secara utuh maka segala
hal akan menjadi tidak penting.
Dalam
tulisan ini, penulis tidak akan membahas tema yang serius. Tapi penulis akan
mencoba membahas mengenai diri kita sebagai Mahasiswa. Mengenali secara dekat
dan menyeluruh sebagai penyandang status Mahasiswa.
Pernakah
anda berpikir apa yang membedakan Mahasiswa dengan Siswa? Apakah Mahasiswa
memiliki peranan yang penting dalam konteks berbangsa dan bernegara? Lalu,
bagaimana kondisi pergerakan Mahasiswa di kampus
pembaca jika dikaitkan dengan gerakan mahasiswa
yang ideal ? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Penulis akan mencoba
menguraikan secara umum kepada pembaca.
Mahasiswa
memiliki pengertian kata dasar “Maha” dan “siswa”. “Maha” memiliki arti besar,
dan “siswa” memiliki arti orang yang sedang melakukan pembelajaran. Dapat
disimpulkan mahasiswa memiliki arti, siswa yang tingkatannya lebih tinggi
dibandingkan siswa biasa. Namun demikian, tidak hanya tingkatan pendidikannya
saja yang berbeda melainkan secara gerakan memiliki perbedaan secara
substansial. Mahasiswa dalam pergerakannya, memiliki daya gedor yang begitu
kuat untuk memengaruhi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kaum
miskin dan tertindas. Hal ini dikarenakan
Mahasiswa memiliki posisi yang penting dalam struktur masyarakat sipil.
Sedangkan siswa pada umumnya, dalam membuat pergerakan belum terstruktur,
sistematis, dan sulit memiliki daya gedor yang kuat untuk memengaruhi kebijakan
pemerintah. Hal ini dikarenakan gerakan yang dibangun hanya berorientasi pada
kepentingan hobi semata.
Perihal
peranan Mahasiswa, Penulis membaginya menjadi 3 (tiga) bagian. Yaitu: Pertama, mahasiswa memiliki peran
sebagai kontrol politik. Disini mahasiswa memiliki peran sebagai kelompok
penekan bagi pemerintah. Mahasiswa memiliki tugas untuk mengawasi dan
mengkritisi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Memastikan apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berpihak
kepada masyarakat miskin atau tidak. Seperti memastikan apakah Pemerintah sudah
sungguh-sungguh menjalankan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan:
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Jika
belum, Mahasiswa dapat mengkritisi pemerintah secara akademis seperti membuat
riset dan memaparkan hasil risetnya kepada pemerintah lalu mempublikasikannya
kepada masyarakat.
Kedua,
mahasiswa memiliki peran sosial. Maksudnya adalah Mahasiswa harus melakukan
pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian yang dimaksud dapat berbentuk
penyuluhan, sebagai contoh penyuluhan kewirausahaan kepada ibu rumah tangga,
hal ini dapat menjadikan mereka mandiri secara ekonomi dan dapat meningkatkan
pendapatan mereka dalam kesehariannya.
Ketiga,
mahasiswa memiliki peran akademik. Peran akademik disini maksudnya mahasiswa
harus memenuhi tanggungjawab intelektualnya, yaitu memperdalam serta
mengembangkan diri dalam bidang yang ditekuninya.
Dari
ketiga peran yang penulis jelaskan di atas, menurut Penulis gerakan mahasiwa saat ini belum maksimal dalam
hal peran mahasiswa sebagai kontrol politik. Penulis belum melihat gerakan yang
serius untuk melakukan kritik secara akademis kepada Pemerintah. Sudah
seharusnya budaya kritis atas kebijakan Pemerintah dibangun di kampus ini. Dan
secara bersama-sama kita memposisikan diri kita sebagai Mahasiswa untuk berpihak
kepada masyarakat miskin, jadikan ilmu yang kita dapatkan sebagai alat
pembebasan bukan alat penindasan. Karena menurut Soekarno, orang tidak bisa
mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan
bersemayam di gubuknya si miskin.
Filsuf modern menilai gerakan mahasiswa Indonesia lebih cepat dari gerakan politik Amerika. Negara Amerika Serikat yang perlu ribuan tahun untuk merubah sejarah kehidupan yang modern terutama dalam penegakkan hukum. (IG; @unaymetal1)
BalasHapus